• Petani Sawit Kecil di Dunia Siap Berkontribusi Pada Capaian Tujuan SDGs



    Sekretariat Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) menyelenggarakan telekonferensi "Smallholders Outreach Program" (SOP) untuk kawasan Asia Pasifik yang diikuti oleh 42 perwakilan dari berbagai asosiasi petani di Indonesia, Malaysia, India, Thailand dan Papua Nugini pada Selasa, 11 Agustus 2020.

    SOP merupakan wadah bagi para petani kecil dari sejumlah negara penghasil kelapa sawit untuk bergabung dalam jaringan CPOPC untuk membahas masalah dan tantangan meraih kesejahteraan dan lingkungan yang berkelanjutan. Dalam diskusi, muncul keinginan para peserta untuk membangun jaringan komunikasi global bagi petani kecil di negara-negara penghasil kelapa sawit untuk berkontribusi mencapai kerangka keberlanjutan yang lebih luas sesuai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals / SDGs) 2030.

    Sejumlah isu yang dibahas dalam kegiatan virtual ini antara lain tantangan pembudidayaan, kewajiban sertifikasi keberlanjutan, serta kampanye hitam dan negatif terhadap kelapa sawit. Perwakilan petani kecil kelapa sawit dari Indonesia, Djono Albar Burhan menyampaikan pendapat tentang peran petani kecil, CPOPC, dan kampanye negative terhadap industri kelapa sawit. “Petani kecil dan CPOPC bisa menjadi tim yang hebat untuk mengatasi kampanye negatif. […] Kalau sawit tidak ada, maka SDGs juga tidak ada,” Kata Burhan yang juga pengurus Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia.

    Perwakilan petani kecil dari Malaysia, Adzmi bin Hassan, menyatakan pandangannya tentang tingginya ketergantungan petani terhadap kelapa sawit sebagai sumber penghidupan dan peran CPOPC. “CPOPC dapat memastikan harga antar negara anggota hampir sama, sebagaimana mereka akan menggunakan standar yang sama (baik MSPO maupun ISPO),” Ujar Sekretaris Jenderal National Association of Smallholders Malaysia ini.

    Perwakilan petani kecil dari India, Chennu Rohith, berbagi praktik baik bagaimana tantangan memanen kelapa sawit di negara ini telah diatasi dengan membuka peluang yang berkelanjutan bagi masyarakat lokal. “Kami memiliki masalah mencari tenaga terampil untuk memanen sawit, jadi kami memberdayakan pemuda setempat dan melatih mereka cara memanen sawit,” katanya dalam keterangan tertulis diterima InfoSAWIT.

    Sementara dalam sambutannya, Wakil Direktur Eksekutif CPOPC Dupito M. Simamora menegaskan peran CPOPC dalam meningkatkan kesejahteraan petani kecil kelapa sawit melalui program seperti SOP. Menurut Dupito, CPOPC bisa menjadi wadah untuk jaringan komunikasi global di kalangan petani kecil sawit agar dapat saling belajar satu sama lain, meningkatkan kesejahteraan petani kecil, mencapai SDGs, serta meningkatkan kapasitas.

    Sementara dalam kata penutupnya, Direktur Eksekutif CPOPC, Tan Sri Datuk Dr. Yusof Basiron menyatakan bahwa, Covid-19 tidak akan berdampak negatif pada produksi minyak sawit, lantaran permintaan terhadap minyak sawit ke depan akan terus meningkat secara global.

    “Kerja sama dan dialog di antara pekebun kecil akan dianggap sangat penting. Suatu hari para pekebun kecil kelapa sawit akan dipandang sebagai pahlawan yang menyediakan pangan untuk dunia,” katanya.

    Dia juga meyakinkan bahwa SOP akan memberikan manfaat bagi petani kecil dan akan digunakan sebagai wadah dialog dan diskusi diantara para petani kecil di tingkat dunia.

    Para perwakilan petani kecil berharap aliansi ini dan CPOP akan fokus dalam menanggulangi masalah stabilisasi harga yang cara mengatasinya menjadi hal di luar batas kemampuan mereka. Menanggapi harapan ini, Tan Sri menekankan bahwa CPOPC akan mendukung upaya-upaya dalam menanggulangi masalah yang dihadapi oleh negara-negara penghasil kelapa sawit seperti perbedaan harga.

    Sekretariat CPOPC telah merencanakan untuk melibatkan para petani kecil lainnya dari kawasan Afrika dan Amerika Latin. Tujuan utamanya adalah memetakan tantangan, harapan, dan solusi-solusi yang memungkinkan untuk meningkatkan kapasitas para petani kecil kelapa sawit dalam mencapai SDGs pada tahun 2030.